Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong
Merpati Putih disingkat PPS Betako Merpati Putih.
Merpati Putih itu sendiri singkatan dari
Mersudi Patitising Tindak Pusakane Titising Hening.
Mersudi Patitising Tindak Pusakane Titising Hening itu adalah rangkaian kata-kata dari bahasa Jawa. Hal ini sesuai dengan asal usul Silat Merpati Putih dari pulau Jawa tepatnya dari Kerajaan / Keraton Mataram.
Sekilas kerajaan Mataram.
Seperti yang kita ketahui bahwa keraton Mataram berdiri pada pertengahan abad ke 16, di Kotagede, Jogjakarta dengan bahasa resminya adalah bahasa Jawa. Raja-raja kerajaan Mataram ini merupakan keturunan dari Ki Ageng Sela dari Ki Ageng Pemanahan.
Sejarah telah mencatat bahwa ibukota (Pusat Pemerintahan) kerajaan Mataram ini mengalami perpindahan beberapa kali, yaitu :
1. Ibukota Mataram di Kotagede, rajanya Danang Sutawijaya atau
Panembahan Senapati, tahun 1587 - 1601.
2. Ibukota Mataram di Kerto, rajanya RM Jolang atau Sultan Agung
Hanyakrakusuma, tahun 1601 - 1613
3. Ibukota Mataram di Plered, rajanya RM Sayidin atau Prabu
Amangkurat Agung (Amangkurat I), tahun 1646 - 1677
4. Ibukota Mataram di Kartasura (Kartosuro), rajanya RM Rahmat atau
Sultan Amangkurat II, tahun 1677 - 1703
Sultan Amangkurat II merupakan pendiri sekaligus raja pertama kerajaan Mataram di Kartasura. Dikenal dengan sebutan "Sunan Amral / Admiral".
4.1 Raja kedua kerajaan Mataram di Kartasura adalah Sunan Mas atau
Sri Susuhunan Amangkurat Mas atau Amangkurat III, tahun 1703 -
1705.
4.2 Raja ketiga kerajaan Mataram di Kartasura adalah RM Drajat atau
Pangeran Puger atau Sri Susuhunan Pakubuwana I, tahun 1704 -
1719.
Dari masa pemerintahan Kerajaan Mataram di Kartasura inilah Keilmuan PPS Betako Merpati Putih berasal dan berkembang hingga saat ini.
Seperti penjelasan dari Pewaris Merpati Putih Mas Hemi ini di Jabarnews.com
https://jabarnews.com/read/95416/eksistensi-perguruan-pencak-silat-merpati-putih-dulu-hingga-kini/1Dalam kesempatan itu, Pewaris Mas Nehemia Budi Setyawan menceritakan sejarah singkat tentang berdirinya Merpati Putih. Pria yang akrab disapa Mas Hemi tersebut mengatakan, bahwa "Merpati Putih berhulu dari Raden Mas Rahmat (kelak bergelar Amangkurat II) yang hidup semasa Mataram belum pecah dua akibat Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755)".
“Dulu belum disebut namanya silat Merpati Putih. Silatnya pun diwariskan turun-temurun khusus di lingkungan keraton,” ujar Mas Hemi.
Ciri khas gerakan-gerakan dalam silat Merpati Putih yang terbilang halus tak lepas dari pengaruh Nyi Ageng Joyorejoso, masih turunan Grat ke-III dari Amangkurat II. Nyi Ageng memilih menyendiri keluar keraton sampai punya tiga putra, yaitu Gagak Handoko, Gagak Seto, dan Gagak Samudro.
"Nah, Merpati Putih itu turunnya lewat Gagak Handoko, yang punya keistimewaan ilmu kanuragannya," kata Mas Hemi.
Jauh setelah itu, silat Amangkurat itu akhirnya disebarluaskan untuk umum. Itu terjadi pada 1963 di masa Guru Besar Raden Mas Saring Hadipoernomo, Grat X dari Amangkurat II.
“Pak Saring mengamanahkan kepada dua putranya, Mas Poeng (Poerwoto Hadipoernomo) dan Mas Budi (Budi Santoso Hadipoernomo), bahwa melihat kondisi di Indonesia mulai banyak beladiri asing masuk Indonesia, Pak Saring merasa sudah waktunya ilmu silatnya terbuka untuk masyarakat umum. Akhirnya, didirikanlah Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong (PPS Betako) Merpati Putih pada 2 April 1963,” jelasnya.
Mersudi Patitising Tindak Pusakane Titising Hening.
Mersudi Patitising Tindak Pusakane Titising Hening, jika diterjemahkan (ditranslate) ke dalam bahasa Indonesia adalah Mencari sampai mendapat Kebenaran
dengan Ketenangan.
Dalam hal ini terjemahannya :
Mersudi adalah Mencari sampai mendapat
Patititising Tindak adalah Kebenaran
Pusakane adalah Dengan berpedoman
Titising Hening adalah Ketenangan.
Jadi Mencari sampai mendapat Kebenaran dengan Ketenangan itu merupakan terjemahan dalam bahasa Indonesia dari Mersudi Patitising Tindak Pusakane Titising Hening.
Lalu, Mersudi Patitising Tindak Pusakane Titising Hening atau Mencari sampai mendapat Kebenaran dengan Ketenangan itu definisinya bagaimana? Maknanya bagaimana? Pengertiannya bagaimana?
Jika dirinci dan diterjemahkan dengan bebas adalah :
Mersudi bermakna Mencari (sampai mendapat)
Patitising
Tindak
bermakna Kebenaran Perilaku atau Perilaku yang benar atau Kehidupan yang Lurus (benar)
Pusakane (berasal dari kata Pusaka) bermakna Berdasar (atau Berpedoman)
Titising
Hening
bermakna petunjuk yang tepat dan benar-benar bersih (disebut dengan Petunjuk Luhur) untuk mencapai Derajat Mulia yang
diberkahi Tuhan.
Sedangkan Petunjuk Luhur itu berupa (bersumber) dari Kitab Suci, sesuai agama dan keyakinan masing-masing. Kitab Suci bagi agama Islam adalah Al Qur'an. Pedoman bagi umat Islam adalah Al Qur'an dan Al Hadist.
Maka Mersudi Patitising Tindak Pusakane Titising Hening bermakna "Mencari Kehidupan Yang Lurus Berdasar (Berpedoman) pada Petunjuk Luhur" Untuk Mencapai Derajat Mulia Yang Diberkahi Tuhan.
Itulah makna dari
Sehingga para anggota Merpati Putih harus lebih berusaha untuk berlatih dan mengolah dirinya baik lahir maupun batin, baik pisik maupun spiritual secara mandiri, untuk mencapai atau memiliki tingkat derajat mulia yang diberkahi Tuhan. Amin.
Mengapa "Derajàt Mulia" Karena memang Manusia diberi kedudukan mulia oleh Sang Maha Pencipta" dibanding makhluk lain
ciptaan Tuhan.
Pandangan sesama manusia "Mulia" itu untuk sesama makhluk hidup dengan beberapa kriteria antara lain, Mulia dalam hal :
1. Kedudukan/ Kekuasaan
2. Ketinggian ilmu/ kepandaian ilmu
3. Kekayaan harta
4. Kegagahan fisik
5. Etika bermasyarakat
6. Dan sebagainya.
Hal tersebut di atas harus dijaga di dalam kehidupan berorganisasi, beragama, bermasyarakàt dan bernegara.
Kedudukan mulia mana yang
seharusnya dipelihara?
Yaitu kehidupan yang lurus berdasar petunjuk luhur dari Sang Pencipta yang ada di dalam kitab suci yang disampaikan oleh para tokoh peñdahulu dan tokoh sekarang (tokoh agama) dari agama yang dianut masing-masing.
Mengapa ? Karena semua yang kita lakukan di dunia, kelak, pasti dimintai pertanggungjawaban oleh Sang Pemberi Hidup.
Jadi, ketika manusia kembali kepada
Sang Pencipta, pasti membawa nilai-nilai hasil
pelaksanaan hidup, yang diperoleh dalam kehidupan yang diberikan oleh Tuhan kepada semua manusia.
Ketika di dunia, apabila manusia memiliki nilai jelek, ya jangan berharàp mendapat tempàt yang enak/mulia dan apabila saat manusia kembali kepada Sang Pemberi Hidup membawa nilai-nilai kebaikan (kemuliaan) maka akan mendapat tempat yang enak dan mulia. Amin.

No comments:
Post a Comment