Laman

PPS Betako Merpati Putih Masuk Wilayah Kabupaten Wonogiri ------ Perintis PPS Betako Merpati Putih Cabang Wonogiri

Friday, August 8, 2014

Merpati Putih Masuk Wilayah Kabupaten Wonogiri




Para peserta Kegiatan Ekstrakurikuler
Beladiri PPS Betako Merpati Putih Tahun 1993/1994
di SMAN Purwantoro (sekarang SMA Negeri 1 Purwantoro)

Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih yang sekarang berkembang di kabupaten Wonogiri pada awalnya merupakan kegiatan ekstrakurikuler di sebuah sekolah menengah atas yang berada di kabupaten Wonogiri bagian Timur, tepatnya di Kecamatan Purwantoro.
Pada tahun 1991 Pemerintah mendirikan sekolah baru yang merupakan UGB (Unit Gedung Baru) yaitu Sekolah Menengah Atas Negeri Purwantoro (sekarang SMA Negeri 1 Purwantoro), yang dibangun di desa Tegalrejo, kecamatan Purwantoro kabupaten Wonogiri dan sebagai kepala sekolah difinitif pertama adalah Bp. Soebekti, BA yang dulunya adalah guru di SMA Negeri 1 Wonogiri. Unit Gedung baru tersebut pada tahun pertama kegiatan belajar mengajarnya masih numpang di SMP Negeri 1 Purwantoro. Baru pada tahun tahun pelajaran baru 1992/1993  kegiatan belajar mengajar dipindahkan ke gedung baru, yaitu menempati gedung sendiri yang sekarang SMA Negeri 1 Purwantoro.

Para guru masih banyak yang berstatus Wiyata Bhakti. Guru yang berstatus PNS (Pegawai Negeri Sipil) masih sangat sedikit, yaitu Bp. Drs. Yusuf Wagig Wagianto sebagai guru Agama Kristen dan Bp. Ismail sebagai guru Seni Musik (mutasi dari SMP Negeri 2 Baturetno) serta kepala sekolah Bp. Soebekti, BA.

Pada awal-awal tahun berdirinya SMA Negeri Purwantoro tersebut para siswa masih relatif sulit untuk dikendalikan. Murid-murid saat itu masih banyak yang suka berkelahi, bahkan perkelahiannya dengan murid-murid dari sekolah lain. 
Para peserta Kegiatan Ekstrakurikuler Beladiri PPS Betako Merpati Putih berfoto bersama Pelatih (berdiri paling kanan).

Para guru SMA Negeri Purwantoro pada saat itu sudah hampir kehabisan akal menyikapi para murid yang sering berkelahi apa lagi berkelahi dengan murid-murid dari sekolah lain.

Kemudian para guru mengadakan rapat terbatas yang melibatkan Pengurus OSIS pada saat itu. Akhirnya diputuskan bahwa anak-anak diberi kegiatan ekstrakurikuler beladiri, yaitu beladiri pencak silat, dengan catatan Pelatihnya harus dari guru SMA Negeri Purwantoro (sekarang SMA Negeri 1 Purwantoro). Kemudian dilakukan pendataan terhadap guru-guru SMA Negeri Purwantoro (red) yang mempunyai keahlian dan sertifikat Pelatih beladiri pencak silat.

Akhirnya diputuskan bahwa guru SMA Negeri Purwantoro yang diberi tugas sebagai pembina ekstrakurikuler sekaligus pelatih beladiri pencak silat adalah Bp. Ismail dan beladiri yang digunakan sebagai kegiatan ekstrakurikuler adalah beladiri Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih.

Para peserta Kegiatan Ekstrakurikuler Beladiri PPS Betako Merpati Putih Tahun 1993/1994 di SMAN Purwantoro (sekarang SMA Negeri 1 Purwantoro) 

Atas ijin Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri Purwantoro (sekarang SMA Negeri 1 Purwantoro) pada saat itu yaitu Bp. Soebekti, BA dan ijin resmi dari Polres Wonogiri kegiatan ekstrakurikuler dari Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih dinyatakan sebagai kegiatan ekstrakurukuler di SMA Negeri Purwantoro (red).

Kemudian dilakukan pendataan/ pendaftaran kepada murid-murid. Beberapa hari kemudian diadakan pembukaan kegiatan latihan kegiatan ekstrakurikuler secara resmi. Artinya pembukaan latihan tersebut disaksikan oleh semua guru SMA Negeri Purwantoro (red) dan dibuka secara resmi oleh Kepala SMA Negeri Purwantoro (red), Bp. Soebekti, BA pada tahun pelajaran 1993/1994.

Kegiatan Ekstrakurikuiler PPS Betako Merpati Putih yang dilaksanakan di SMA Negeri Purwantoro (red) ini di bawah pengawasan dan tanggung jawab Merpati Putih Cabang Ponorogo, karena cabang terdekat adalah cabang Ponorogo dan keberadaan Pelatih yang merupakan anggota dari cabang Ponorogo.

Pada tahun pertama kegiatan latihan tersebut diikuti oleh tidak kurang dari 100 siswa yang semuanya murid-murid SMA Negeri Purwantoro (red).

Pada tahun pertama, kegiatan latihan berjalan sangat lancar dan mulus, tanpa kendala. 

Pada tahun kedua dibuka pendaftaran peserta kegiatan ekstrakurikuler beladiri pencak silat Merpati Putih di SMA Negeri Purwantoro (red). Jumlah murid yang mendaftar untuk mengikuti kegiatan Merpati Putih jumlahnya juga tidak kurang dari 100 orang siswa.

Sehingga jumlah murid SMA Negeri Purwantoro (red) pada tahun kedua seluruhnya berjumlah sekitar 200 orang siswa.

Dengan kegiatan ekstrakurikuler beladiri pencak silat tersebut perangai, sifat dan perilaku para murid semakin dapat dikendalikan. Karakter para siswa semakin hari semakin dapat dibentuk.

Perkelahian antar siswa dari antar sekolah dapat dihentikan, dan memang benar-benar tidak ada lagi perkelahian siswa.

Namun, sangat ironis. setelah segalanya berubah lebih baik, para murid dapat dikendalikan dan dibentuk ada beberapa personil pendidik yang mulai berulah. Hingga  akhirnya kegiatan ekstrakurikuler beladiri tangan kosong Merpati Putih dinyatakan dilarang di SMA Negeri Purwantoro (sekarang SMA Negeri 1 Purwantoro), tanpa sebab yang jelas, tanpa ada konfirmasi.    Wallahu'alam bi sawab.

Meskipun kegiatan latihan PPS Betako Merpati Putih di SMA Negeri Purwantoro (red) telah dilarang secara sepihak oleh sekolah, karena tidak ada konfirmasi dengan pihak organisasi, semangat para anggota tetap menyala. Terbukti para anggota tetap minta untuk dilatih dan tempat latihannya dipindahkan ke Kantor/Balai Desa Tegalrejo dan Balai Desa Gondang Kecamatan Purwantoro. Ternyata masih ada masyarakat yang menyambut baik kehadiran PPS Betako Merpati Putih di wilayah Kabupaten Wonogiri. 

Tentang ijin latihan dari pihak yang berwenang yaitu dari Polres Wonogiri sudah ada sejak PPS Betako Merpati Putih dilaksanakan sebagai kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri Purwantoro (red).

Hingga sampai saat inipun Pelatih (Bp. Ismail yang dulu sebagai guru di SMA Negeri Purwantoro) juga tidak tahu kenapa kegiatan yang sangat positif ini dilarang. 

Padahal sejak awal hingga sekarang para anggotanya tidak pernah terlibat perkelahian apapun dan di manapun, para anggotannya mempunyai karakter dan perilaku yang sesuai dengan kearifan-kearifan lokal bangsa Indonesia karena di dalam PPS Betako Merpati Putih terdapat materi-materi pembinaan mental yang sangat ditekankan untuk dilakukan oleh setiap anggota tanpa kecuali.


Apakah tidak tahu, apakah tidak menyadari kalau Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih ini juga berasal dari nilai-nilai kearifan lokal para leluhur masyarakat Propinsi Jawa Tengah, karena PPS Betako Merpati Putih ini awalnya aliran yang dimiliki oleh Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pangeran Prabu Mangkurat Ingkang Jumeneng Ing Kartosuro kemudian diwariskan kepada BPH Adiwidjojo (Grat I). Lalu setelah Grat ke tiga, R. Ay. Djojoredjoso ilmu yang diturunkan dipecah menurut spesialisasinya sendiri-sendiri, seni beladiri ini mempunyai dua saudara lainnya, yaitu bergelar Gagak Samudro dan Gagak Seto. Gagak Samudro diwariskan ilmu pengobatan, sedangkan Gagak Seto ilmu sastra. 

Pada awalnya ilmu beladiri Pencak Silat Merpati Putih hanya khusus diajarkan kepada Komando Pasukan Khusus ditiap kesatuan ABRI dan Polisi serta Pasukan Pengawalan Kepresidenan (Paspampres). (Baca Sejarah Merpati Putih)


Semoga seluruh masyarakat Indonesia, utamanya masyarakat di wilayah Propinsi Jawa Tengah, terutama lagi masyarakat di sekitar wilayah (Kartosuro) Surakarta membuka dua mata dan membuka hati untuk mewarisi dan mewariskan PPS Betako Merpati Putih dalam rangka melestarikan budaya asli milik bangsa Indonesia dan mewariskan kearifan-kearifan lokal, karena di dalam PPS Betako Merpati Putih terdapat nilai-nilai kearifan lokal yang sekarang harus diajarkan (dibutuhkan) kepada generasi bangsa.


Masyarakat Indonesia, terutama para tokoh pendidikan di sekitar wilayah Kartosuro (Surakarta) hendaknya mau mengkaji ulang atas asumsi dan penilaiannya terhadap kearifan-kearifan lokal yang ditanamkan melalui pencak silat, terutama Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong "Merpati Putih". Karena sampai sekarang masih ada masyarakat terutama para pendidik yang "memarginalkan" PPS Betako Merpati Putih.


Apakah lupa bahwa sekarang ini kearifan-kearian lokal harus diajarkan ? 
Apakah tidak sadar bahwa kearifan-kearifan lokal tidak cukup hanya diajarkan di bangku sekolah saja?
Apakah bisa kearifan-keraifan lokal hanya diajarkan secara teori tanpa implementasi?

Jangan pernah mengatakan dan menilai bahwa buah durian itu rasanya tidak enak jika belum pernah memakannya. 

e-KTA - ISMAIL


Ismail Wiroprojo

Ismail Wiroprojo 

4 comments: