Mas Karebet atau Peng King Kang lahir tahun 1549 M berasal dari keluarga terpandang anak dari Ki Ageng Pengking atau Ki Kebo Kenanga bupati Pengging, kerajaan Demak .
Pada usia remaja orang tua Mas Karebet meninggal dunia kemudian Ia dijadikan anak angkat oleh Nyai Ageng Tingkir, istri Ki Ageng Tingkir dalang wayang beber . Jaka Tingkir berguru pada Sunan Kalijaga dan Sunan Kalijaga inilah cukup mampu membentuk kepribadian Mas Karebet. Menariknya sejak berguru pada Sunan Kalijaga Mas Karebet dikenal suka bertapa hingga akhirnya Mas Karebet terkenal dengan julukan JakaTingkir.
Kisah kehidupan Jaka Tingkir banyak terungkap dalam sejumlah catatan sejarah yang terangkum dalam babad tanah jawi antara lain mengisahkan Jaka Tingkir mengabdi pada raja demak Trenggana dan Jaka tingkir memang pandai menarik simpati raja Demak sehingga Ia diangkat menjadi kepala prajurit Demak berpangkat lurah Wiratamtama.
Perjalanan hidup Jaka Tingkir unik melegenda dan sakti mandraguna salah satunya saat Jaka Tingkir menguji calon prajurit baru yang sakti bernama Dawung, namun akhirnya Dawung meninggal dikalahkan oleh Jaka Tingkir.
Selanjutnya Jaka Tingkir melakukan perjalanan menuju kerajaan Demak. Ia bersama 3 kawannya mengaruhi sungai bengawan Solo untuk menjalankan wangsit dari gurunya Ki Banyu Wangi bahwa suatu saat akan menjadi seorang pemimpin.
Kemudian dengan perahu gethek (sebuah perahu terbuat dari tatanan batangan bambu) menuju kerajaan Demak , meski di tengah jalan tidak sedikit diserang siluman buaya,kebo gila akhirnya berhasil menumpasnya dan sampai tujuan dengan selamat di kerajaan Demak.
Rangkaian peristiwa mengiringi perjalanan Jaka Tingkir membuat Jaka Tingkir diangkat kembali menjadi lurah Wiratamtama .
Jaka Tingkir terkenal sebagai pemuda tampan yang cerdas ,bijaksana.pemberani dan beragam prestasi diukir Jaka Tingkir mulai dari kepala prajurit,lurah wiratamtama hingga diangkat menjadi Adipati Pajang dan bergelar Adipati Adiwijaya yang terungkap dalam babad tanah Jawi.
Setelah Jaka tingkir menjadi adipati Pajang kemudian menikah dengan ratu mas Cempaka, putri Trenggono.Tidak lama kemudian tahun 1546 Trenggono raja Demak meninggal dunia , namun sayangnya pasca meninggalnya Trenggono terjadi perebutan kekuasaan dan perang saudara yang berkepanjangan dan berujung meninggalnya Arya Penangsang di tangan Sutawijaya anak Ki Ageng Pemanahan .
Semenjak itulah pusat pemerintah Demak pada tahun 1549 pindah ke Pajang tepatnya kawasan pesisir sungai bengawan Solo dengan Jaka tingkir sebagai raja pertama serta peletak dasar-dasar kesultanan Pajang dengan gelar Sultan Hadiwijaya.
Kesultanan Pajang di bawah kekuasaan Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya makin luas wilayahnya mencakup Madura, Blambangan dan Pajang.
Kehidupan ekonomi kesultanan Pajang dimasa Sultan Hadiwijaya mengalami kemajuan pesat apalagi wilayah kerajaan Pajang berada di pedalaman pulau Jawa yang subur, tepatnya berada dikawasan sungai bengawan Solo dengan masyarakatnya agraris (pertanian dan perkebunan) membuat Pajang menjadi lumbung beras abad 16-17,bahkan Pajang telah mengekspor beras ke mancanegara melalui .
Kehidupan ekonomi Pajang tidak hanya bidang pertanian ,namun bidang perdagangan pun mendapat perhatian Hadiwijaya terlihat bandar Laweyan kemudian didukung kampung kerajinan seperti kampung lawe , kampung mutihan dan beberapa kampung kerajinan lainnya membuat Pajang menjadi kerajaan yang terkenal kala itu.
Seni budaya masa Hadiwijaya juga mendapat perhatian terlihat sejumlah budaya di Demak saat itu menjadi kadipaten dibawah kekuasaan Pajang maju pesat.
Kemudian keraton Kerajaan Pajang diperindah oleh Hadiwijaya ,membangun masjid beserta makam dikampung Laweyan. Kejayaan Pajang dimasa pemerintahan Hadiwijaya sayangnya tidak berlangsung lama akibat pemberontakan hebat yang dilakukan oleh Sutawijaya, bupati Mataram. semenjak ayahnya Ki Ageng Pemanahan meninggal.
Kerajaan Pajang takluk dan menyerah pada Sutawijawa. Sultan Hadiwijaya meninggal dunia akibat sakit ketika melakukan suatu perjalanan 1582 M.
Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya,sang raja Kesultanan Pajang telah ratusan tahun tiada,namun kisah kehidupannya tetap melegenda dan dikenang masyarakat Solo bersama keraton Kasunanan Surakarata dan sekitarnya.
No comments:
Post a Comment